Langsung ke konten utama

Menyoal Indonesia Raya

 Saat saya secara rutin mendengarkan lagu Indonesia Raya setiap minggunya di upacara hari Senin, itu sudah lama sekali. Saat beberapa kali mendengarkannya kala timnas berlaga di pentas internasional, itu juga sudah cukup lama terlebih setelah 'terkurungnya' dunia seperti saat ini. Indonesia Raya secara umum, mungkin hanya akan ramai diperdengarkan saat tahun mulai memasuki bulan kedelapan. Namun, bagi saya Indonesia Raya tidak pernah kehilangan maginya. 

Secara naluriah, mungkin saya tidak pernah membenci Indonesia meski ucapan serupa sering keluar dari mulut dan pikiran saya. Mungkin saya tidak pernah benar-benar menyerah dengan keadaan bangsa hari ini. Pada akhirnya, saya kalah lagi dan terbirit-birit meninggalkan semua sirkus-sirkus badut atau manusia bertopeng yang kalang kabut. Kembali mendengarkan Banda Neira dan berharap suatu hari saya bisa mendengarnya langsung dari pinggiran laut Banda. 

Indonesia Raya menjadi senjata termudah untuk saya. Apalagi kala mendengarkan 3 stanza penuh yang  barangkali tidak begitu masyhur. Sungguh jujur dan apa adanya, semua harapan untuk negeri ini mengalir tanpa tedeng aling-aling. Indonesia Tanah Airku, Indonesia Tanah Yang Mulia, Indonesia Tanah Yang Suci. Seolah menghidupkan harapan-harapan baru (yang meski hanya didaur ulang) di dalam hati dan diri saya. 

Indonesia Raya secara alami adalah bentuk perjuangan. Dan saat sekali lagi Indonesia Raya berkumandang sebagai penghormatan dari sebuah perjuangan, saya sama sekali tidak berpikir untuk membendung air mata ini. Biarkan saya begitu emosional saat ini, sebelum besok, lusa, kembali menghadapi sirkus badut dan orang bertopeng lagi. Khusus hari ini, jangan ada yang ingatkan saya bahwa UKT belum terbayar, sembako kembali naik, serta bansos yang dipotong lagi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali ke Swansea City, Melihat Peluang Nathan Tjoe-A-On Merumput di Inggris

  Nathan Tjoe-A-On Saat Direkrut Swansea City AFC ( www.instagram.com/swansofficial) Nathan Tjoe-A-On dipastikan akan kembali ke klub asalnya, Swansea City, setelah menuntaskan masa peminjaman di SC Heerenveen, klub kasta tertinggi liga Belanda, Eredivisie. Kepastian ini didapatkan setelah Nathan melakukan perpisahan di hadapan pendukungnya sendiri usai laga kontra Vitesse (12/5) lalu. Nathan sejatinya masih memiliki waktu sampai 30 Juni 2024 bersama klub yang berkandang di stadion Abe Lenstra tersebut. Namun, Eredivisie memang tinggal menyisakan satu pekan terakhir di musim ini. SC Heerenveen sendiri akan bertamu ke kandang Sparta Rotterdam (19/5) untuk melakoni laga pamungkas. Pemain kelahiran 22 Desember 2001 ini memang sudah tidak asing dengan atmosfer liga Belanda. Selain karena dirinya lahir dan besar di Belanda, Nathan juga sudah sempat mencicipi Eredivisie bersama Excelsior Rotterdam pada musim 2022/2023. Pemain berpostur 182 cm ini pun merupakan hasil didikan SSB Excels

Beda Huruf, Beda Makna, tapi Sama Pengucapan, Apa Itu?

Hai! Maaf ya, Cerita Ifah telat nge-post nih, jadi minggu ini Cerita Ifah akan nge-post dua kali. Semoga kalian gak bosen deh.    Sebelumnya, bahasa adalah salah satu hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Mulai dari berbicara, menulis, bahka mendengar pun kita menggunakan bahasa. Namun, apa kita benar-benar paham dengan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia?  

Asal Usul 'Macan Kemayoran', julukan Persija Jakarta

Jika mau dihitung, saya kenal dan suka Persija kurang lebih delapan tahun. Meski terhitung baru, saya kira saya sudah cukup banyak pengetahuan tentang klub sepak bola representasi ibu kota ini. Dari mulai berapa kali Persija menjuarai kasta tertinggi liga Indonesia, berapa kali Persija berpindah kandang sejak pergi dari lapangan VIJ, atau siapa saja pemain yang keluar masuk di skuad Persija selama delapan tahun ini. Pun dengan julukan yang melekat di tubuh Persija, ‘Macan Kemayoran’, julukan yang rasanya kurang lengkap jika tidak diucapkan sehabis mengatakan ‘Persija Jakarta’. ‘Macan Kemayoran’ sudah tersemat lama di belakang nama Persija, puluhan atau bahkan ratusan kali saya melafalkannya. Dan entah berapa kali semua orang mengucapkannya. Suatu sore saya berpikir, apa arti di balik julukan ini. Karena jujur saja, jika ‘Macan Kemayoran’ tersebut yang ada dalam pikiran saya adalah seekor macan yang garang, bersiap mengamuk, dan yang pasti siap membantai lawannya. Lalu terpiki