Langkah
tim nasional sepak bola Indonesia di Asian Games 2018 dipastikan terhenti di
babak 16 besar. Meleset satu babak dari target federasi. Sudah begitu, tugas
pemain untuk Asian Games 2018 selesai sampai di sini, saatnya menjalani
rutinitas kembali dan fokus pada tim masing-masing. Mungkin beberapa akan
kembali dipanggil untuk memperkuat tim AFF 2018 akhir tahun nanti.
Namun,
satu pertanyaan yang tertinggal adalah bagaimana nasib Luis Milla? Pelatih berkebangsaan
Spanyol yang sudah menukangi timnas sejak awal tahun 2017. Menurut pandangan
saya pribadi, Luis Milla bukan tidak bagus, tapi mungkin kurang beruntung. Hahaha.
Apakah saya terkesan membela Luis Milla? Target yang federasi berikan untuk
Luis Milla tidak ada satupun yang berhasil. Pertama, Sea Games Kuala Lumpur
2017, timnas yang ditarget emas terhenti di perebutan perunggu. Lalu, target utama dari
yang utama, Asian Games Jakarta Palembang 2018, coach Luis hanya bisa
mengantarkan Hansamu Yama dkk. sampai babak 16 besar.
Tidak,
sama sekali saya tidak sedang membela Luis Milla. Fakta berbicara, Luis Milla
sudah berkontribusi banyak untuk persepakbolaan negeri ini. Beliau membantu
penyusunan filosofi sepak bola Indonesia. Dilihat dari permainan anak
asuhnya, bisalah disamakan dengan tim-tim elite Asia, tinggal menunggu waktu untuk bisa menjadi macan asia.
Namun
begitu, kontrak tetap kontrak. Luis Milla hanya dikontrak sampai Asian Games
2018, tepatnya per 31 Agustus nanti, meski ada opsi perpanjangan jika hasil di Asian Games sama atau melebihi
target. Sekarang adanya? Luis lagi-lagi tidak bisa mencapai target itu,
semifinal. Beberapa waktu sebelum perhelatan akbar ini digelarpun, Luis Milla
sudah mewanti-wanti kepergiannya. Ucapan perpisahan yang meski terlalu dini,
perlu ia haturkan. Luis Milla sendiri mungkin sadar, Indonesia penyuka produk
instan. Beberapa mungkin dikiranya tidak bisa menghargai proses. Karenanya ia
berpesan, jika ia benar-benar dilepas nanti, filosofi sepak bola Indonesia
tetap dipakai. Setidaknya pemain tidak harus mengulang pelajaran dari awal dengan pelatih barunya nanti. Ucapan perpisahan yang sedikit perih di hati.
Bagi
saya, dalam satu dekade terakhir, Luis Milla mungkin pelatih timnas tersukses
kedua setelah Alfred Riedl. Alfred Riedl, pelatih bertangan dingin itu berhasil
dua kali mendampingi Indonesia di final AFF, meski akhirnya kedua-duanya mengalami
kekalahan. Sedangkan Luis Milla, meski tidak pernah mengantarkan Indonesia ke
babak-babak pamungkas, permainan anak asuhnya menawan banyak hati masyarakat
Indonesia.
Tulisan
saya ini mungkin sedikitpun tidak mengubah pandangan federasi terkait nasib
Luis Milla, yang menurut hemat saya, hampir pasti dipecat. Namun, saya kira ini
bisa menjadi tanda di mana saya berada dan mungkin bisa mewakili
pandangan-pandangan kamu.
Ini
suara saya yang lantang menyatakan Luis Milla harus tetap dipertahankan.
Soal
hasil, ia tidak seterburu-buru itu. Semua perlu proses yang tidak sebentar. Sejak
persepakbolaan tanah air mati suri 3 tahun yang lalu, Indonesia perlu kembali
menata semua. Dan saya pikir 3 tahun ini dunia persepakbolaan Indonesia mulai
bergairah dan menunjukkan tajinya. Semua tinggal sejengkal, tinggal selangkah. Saatnya
untuk menuntaskan.
Saatnya
Luis Milla untuk menuntaskannya.
Mungkin
sedikit terlambat karena bisa jadi pertandingan tadi siang adalah pertandingan
resmi terakhirnya besama tim nasional Indonesia. Namun, jika kesempatan meracik
timnas kembali dipercayakan padamu, Luis Milla. Dengan penuh mimpi dan harap, saya
katakan: silakan tuntaskan, coach.
Komentar
Posting Komentar