490 tahun berdiri. 490 tahun menelan pahit manis cerita jutaan manusia di dalamnya. 490 tahun menanggung suka dan duka. Jakarta. Satu kata sejuta makna. Ini tidak terlepas dari jutaan makhluk bernama manusia yang rela menggantungkan harapannya di ibukota. Setiap harinya sejuta cerita baru bermunculan dari sejuta orang yang berbeda.
Jakarta, bila terucap akan langsung teringat dengan pesonanya, dengan gengsi dan persaingannya, dan dengan keangkuhannya. Jakarta seperti pagi, yang selalu memiliki harapan baru untuk hidup yang lebih baik. Jakarta juga seperti senja, tempat orang-orang menggantungkan mimpinya untuk dipeluk semesta.
Jakarta tidak bisa dilihat hanya dengan satu sudut pandang. Jakarta itu seperti pisau bermata dua. Jakarta yang keras, Jakarta yang mematahkan, tapi disaat itu juga Jakarta bisa begitu menjanjikan.
Dengan kerasnya kehidupan Kota Jakarta, penghuninya diajar untuk menjadi pemenang, bukan pecundang. Dari sanalah muncul sebuah kalimat, Jakarta adalah kotanya para pemenang. Jakarta adalah tanahnya para pejuang, tidak banyak yang bisa bertahan bersama pesona dan congkaknya Kota Jakarta.
Jakarta adalah Indonesia, Jakarta adalah tempat berkumpulnya orang dari seluruh penjuru nusantara. Jakarta yang selalu terbuka kepada semua orang dengan patung ‘selamat datang’nya. Jakarta yang selalu memukau dengan monumen nasionalnya.
Orang-orang silih berganti datang dan pergi, kadang mereka lupa mengucapkan terimakasih kepada Jakarta. Bahkan berkata selamat tinggal pun tidak. Seakan Jakarta hanya sebuah tanah yang tidak berarti. Jakarta dengan segala kekurangan dan ketimpangannya, tanpa sadar mereka lalui begitu saja. Mereka tidak tahu diam-diam Jakarta sedang berjuang menghidupi jutaan manusia di dalamnya. Jakarta itu istimewa, seperti nama yang disandangnya, DKI yang berarti Daerah Kekhususan Ibukota. Karena itu lah, Jakarta berkembang dengan caranya sendiri, Jakarta megah dengan pesonanya sendiri.
Dirgahayu Kota Jakarta, kota sejuta umat.
Komentar
Posting Komentar