Kalah (Lagi)

 

Saat saya menulis ini, laga semifinal AFF 2022 memasuki menit ke-80. Indonesia masih ketinggalan 2 gol dari Vietnam. Kalau sampai akhir laga Indonesia masih tertinggal, itu artinya ucapkan selamat tinggal pada laga final. Final yang sejatinya bisa menjadi final ketujuh untuk Indonesia. Final yang meski hasilnya selalu membawa Indonesia ke tempat kedua, selalu dapat menetaskan asa.

Tapi, sepertinya laga memang akan berakhir baik untuk Vietnam. Kalau dilihat dari segi permainan, mereka sangat solid dan seperti sudah tahu bagaimana laga akan dimainkan. Dari segi mental, jelas mereka percaya diri menari-menari di hadapan pendukung sendiri. Ya, malam ini, My Dinh bergemuruh dengan terompet-terompetnya. Melawan tim sekelas Indonesia yang masih angin-anginan jelas bukan perkara sulit untuk The Golden Warrior yang perkasa tahun-tahun ke belakang.

Saya sendiri penasaran setengah mampus dan jadi bertanya-tanya sendiri. Alasan apa lagi di balik gagalnya Indonesia di AFF edisi kali ini. Saya bingung bukan berarti mencari-cari kelemahan timnas (dan secara lebih luas, PSSI) ya. Sebab, tanpa dicari pun kelemahan-kelemahan itu sudah terpampang secara nyata. Saya semata-mata bingung karena harus menyalahkan apa lagi. Rasa-rasanya hampir semua sudah pernah saya nyinyirin. Saya bingung kemana kemarahan ini harus dilampiaskan.

Kegagalan timnas ini bukan hanya tentang laga-laga di AFF. Semua hal yang terjadi sebelumnya berkelindan dan membentuk kisah, atau dalam tataran yang radikal, dapat menentukan masa depan. Liga yang gak bagus-bagus amat (peringkat 6 dari 12 negara peserta AFF) terpaksa berhenti karena tragedi, hal-hal yag tak sesuai pascatragedi, dan pengurus federasi serta orang-orang di sekelilingnya yang masih saja betah ndagel. Tuhan dengan segala kasih-Nya pun rasa-rasanya tidak sudi memberikan jalan mulus untuk sekumpulan hamba-Nya yang bebal ini. Sudah diberikan berbagai peristiwa untuk disuruhnya belajar, tapi tetap saja selalu merasa paling benar.

Dalam tulisan ini, anda tidak akan menemukan analisis pertandingan atau uraian-uraian taktik yang digunakan STY pada laga malam ini. Tulisan ini tidak lain adalah tulisan dengan narasi-narasi keputusasaan di dalamnya. Saya jadi takut, jangan-jangan saya berhalusinasi, membayangkan hadiah besar apa yang sudah disiapkan Tuhan untuk sekumpulan manusia yang malang ini.

Sebenarnya sudah sejak lama kekalahan timnas artinya juga menjadi kekalahan saya. Kekalahan rakyat Indonesia. Pun dengan kemenangan timnas sama dengan kemenangan saya dan rakyat Indonesia lainnya. Tapi, setelah muncul pernyataan konyol nan wagu tentang tokoh utama kemenangan timnas atas Kuwait (pada ajang Kualifikasi Piala Asia 2023) adalah Iwan Bule, awal Juni tahun lalu, saya jadi teguh wal yakin bahwa boleh saja mengarahkan telunjuk ke Iwan Bule (juga) sebagai tokoh utama kekalahan timnas malam ini.

Terakhir, sudahlah. Gelar AFF tidak sebanding artinya dengan kesedihan yang keterlaluan dari keluarga dan karib korban tragedi Kanjuruhan. Beresin saja dulu itu.

Komentar