Soeharso Sector


Satu tahun terakhir, ada yang berebeda jika tim futsal, basket, atau voli SMA IT bertanding. Riuh rendah suara dari tribun jawabannya, mereka tidak henti-hentinya menyulut semangat pemain yang sedang bertanding membawa nama SMA IT. Soeharso Sector, merekalah kelompok supporter SMA IT. Nama Soeharso Sector diambil dari nama jalan di mana SMA IT berada yaitu Jalan Prof. Dr. Soeharso, sedang ‘Sector’ dalam bahasa Indonesia berarti sektor/wilayah.

Awalnya Soeharso Sector diinisiasi oleh lima siswa yang ingin membawa suasana baru di sekolah ini. Mereka adalah Bryan Akbar, Farras Adista, Nabil Munif, Sastra Yudha, dan Lokeswara Gagah, kelimanya merupakan siswa angkatan kesembilan SMA IT. Selain bertujuan untuk mendukung tim SMA IT yang sedang bertanding, khususnya tim olahraga, ternyata Soeharso Sector dibentuk juga untuk misi yang lain. Kelima anak ini melihat budaya anak SMA IT, terutama siswa putra, yang terkesan enggan untuk diajak bergerak, sehingga tercetuslah ide untuk membuat kelompok suporter yang notabene harus siap gerak dan capek. “Rata-rata teman-teman kami lebih suka main motor, game di handphone, atau hal lain yang tidak memerlukan banyak gerak. Dari sanalah kami ingin sedikit mengubah budaya itu agar mereka juga bisa merasa bahagia dengan kebersamaan, kekompakan, dan capek bareng-bareng,” tutur ketua Soeharso Sector, Bryan Akbar.

Masa perintisan diakui oleh pendiri merupakan masa-masa sulit karena membutuhkan banyak perngorbanan, terlebih tanggapan awal yang diterima tidak cukup baik. Banyak yang bertanya-tanya ‘apa itu Soeharso Sector’. Namun, para pendiri tetap berupaya mengumpulkan siswa putra untuk diberi arahan, diajarkan lagu-lagu, sampai membuat atribut seperti banner dan bendera. Mulanya siswa yang hadir di perkumpulan itu tidak banyak, hal itu menjadi lebih buruk saat pertemuan demi pertemuan siswa yang hadir semakin sedikit. “Kami sempat hilang harapan, tapi kemudian kami yakin kembali kelompok ini akan tetap ada. Yang paling penting saat itu hanya bagaimana kami bisa bertahan,” terang Bryan. Akhirnya, setelah keberadaannya sedikit diakui, Soeharso Sector diresmikan pada 22 September 2017 ditandai dengan logo yang selesai dibuat.

Debut mereka adalah saat trofeo (pertandingan segitiga yang mempertemukan tiga tim secara bergantian) futsal, saat itu yang datang hanya berbilang belasan. Tentu bukan hal yang mudah mengumpulkan hampir seluruh siswa putra SMA IT, tapi para pendiri tetap mengupayakannya. Hal ini mereka lihat sebagai peluang untuk mengenalkan siswa tentang ‘apa itu suporter’ sehingga diharapkan akan lebih banyak lagi yang ikut menyemangati tim SMA IT di ajang-ajang berikutnya.

Hal ini menjadi wajar karena kelompok suporter memang hal yang sama sekali baru di SMA IT, bahkan mulanya pihak sekolah tidak tahu-menahu perihal kelompok ini. Para pendiri pun tidak memiliki niatan untuk memberi tahu pihak sekolah karena mereka sendiri tidak mengetahui regulasinya. “Kami hanya mencoba berkontribusi untuk sekolah,” lanjut Bryan. Sekolah akhirnya tahu saat kemudian Soeharso Sector berhasil meraih best supporter dalam ajang kejuaraan basket Merah Putih Cup 2018 yang diadakan di Sasana Krida GOR Satria. Siswa yang hadir sudah mulai banyak, mereka dengan kompak menyanyikan lagu-lagu penyemangat, membuat koreo yang tentu tidak mudah, dan membentangkan bendera identitas. Hal ini lah yang kemudian menjadi poin sehingga mereka berhak mendapat gelar best supporter.

Dari sanalah kemudian kelompok ini banyak dibicarakan. Sekolah pun memberikan apresiasi dan mereka menuai reaksi positif dari siswa-siswi bahkan sampai kalangan guru. Diantara banyaknya prestasi SMA IT, prestasi semacam ini memang belum pernah diraih oleh sekolah ini. Terang saja, yang menyumbangkan piala ini bukan hanya satu anak atau satu tim, tapi hampir seluruh siswa putra SMA IT. “Jadi bisa dibilang seluruh siswa putra SMA IT pernah menyumbang piala untuk sekolah,” ujar Bryan.

Dampak positif Soeharso pun langsung terasa bagi pemain. Teriakan penuh semangat mereka akui mampu mengobarkan semangat para pemain di lapangan. Dengan tanpa berlebihan, mantan kapten tim futsal yang pernah merasakan dukungan langsung Soeharso Sector, Sastra Yudha, bertutur, “Permainan kami (pemain) seperti hidup karena mereka.”

Selain itu, menurut Bryan hal positif lain yang dapat diambil dari kelompok ini adalah sebagai ajang untuk memupuk rasa cinta pada sekolah, dengan membawa identitas sekolah kemanapun mereka beraksi tentu yang diharapkan adalah membuat sekolah (identias mereka) bangga. Lebih lanjut Bryan mengatakan hal ini juga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan kreativitas, “Jadi kalau ada anak yang belum bisa berkontribusi melalui ajang-ajang akademik maupun non-akademik, hal ini bisa menjadi wadah untuk membanggakan SMA IT.” Tuntas Bryan.

Komentar

Posting Komentar