Langsung ke konten utama

Tanda Baca



Haii!!

Ketemu lagi nih sama Cerita Ifah. Oke, jadi kali ini Cerita Ifah mau ngebahas tentang tanda baca. Kenapa Cerita Ifah mau mengusung tema ini? Karena, Cerita Ifah sering melihat atau menemukan banyak naskah-naskah yang masih menggunakan tanda baca yang belum baik dan benar. Padahal menulis merupakan kegiatan rutin yang tak pernah terlepas dari kehidupan kita, dan tanda baca ada di dalamnya. Agar kita lebih paham penulisan tanda baca, simak yang berikut inii..

o   Tanda Baca, apa itu?


Apa yang terlintas di benak teman-teman semua ketika mendengar tanda baca, mungkin kita akan langusng membayangkan titik (.), koma (,), dan lain sebagainya. Lalu, apa sebenarnya tanda baca itu? Tanda baca adalah simbol, ya simbol, simbol yang berperan untuk menunjukkan struktur suatu tulisan, dan juga menunjukkan jeda yang dapat diamati pada saat pembacaan.
Nah itulah tadi pengertian tanda baca, sekarng kita lihat jenis-jenis tanda baca berikut ini!

o   Jens-jenis tanda baca

1.      Tanda Titik (.)

Tanda titik digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat, diletakkan pada akhir singkatan, nama gelar, atau pangkat.

Contoh: Pagi ini udara sangat sejuk.
             Dr. Anandhia sedang menulis resep.

 

2.      Tanda koma (,)

Tanda koma diapakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.

Contoh: Aku suka berenang, bermain, dan bersenandung.
             Adik ku sedang bermain boneka, masak-masakan, dan mobil-mobilan.

3.      Tanda Seru (!)


Tanda seru digunakan untuk pengungkapan bentuk seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan menunjukkan emosi yang kuat.

Contoh: Ambilkan buku itu!,
             Tutup pintu itu!

4.      Tanda Titik Koma (;)

Memisahkan bagian-bagian kalimat yang setara, atau bisa juga digunakan pada kalimat yang setara dalam suatu kalimat majemuk sebagai kata ganti penghubung.

Contoh: Hari semakin panas; pekerjaan ini tetap kami lanjutkan.
             Jamilun sedang memasak; ibu sedang menyapu; ayah sedang menyuci.

 

5.      Tanda Titik Dua (:)

Tanda ini digunakan ketika kata atau kalimat memerlukan pemerian, juga dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.

Contoh:  Toko ini menjual: Baju, rok, dan celana.
              Design By: Cakra Wisata.

6.      Tanda Hubung (-)

Tanda hubung dipakai untuk menyabung unsur-unsur kata ulang, dan merangkai unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Contoh: Langkah-langkah membuat sprei.
            di-charge.

7.      Tanda Elipsis (...)

Tanda ini digunakan untuk menggambarkan kalimat yang terputus-putus, atau menunjukkan bahwa satu petikan ada bagian yang hilang.

Contoh: DUG... DIG.. jantung ini berdegub kencang saat aku memulai pertandingannya.

8.      Tanda Tanya (?)

Tanda ini harus selalu dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
Contoh: Dimana kamu tinggal?
             Siapa namamu?

9.      Tanda Kurung ( )

Tanda ini digunakan untuk mengapit tambahan atau keterangan, atau juga mengapit angka atau huruf yang merinci suatu seri keterangan.

Contoh: Negara ini memiliki undang-undang yang disusun dalam undang-undang                     dasar (UUD 1945).

10.  Tanda Kurung Siku ([ ])

Tanda ini dapat digunakan untuk memperjelas kalimat yang sudah berada dalam tanda kurung.

Contoh: Persamaan dalam bilangan ini (perbedaanya ada di bab 1 [lihat halaman 2] akan kita pelajari.

 

11.  Tanda Petik Dua (“...”)

Tanda petik dua dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab dalam kalimat, juga untuk mengapit kalimat yang kurang dikenal.

Contoh: Salah satu karya A.A Navis ialah “Robohnya Surau Kami”

12.   Tanda Petik Tunggal (‘...’)

Dapat digunakan untuk mengapit tulisan yang sudah diapit oleh petikan lain, juga bisa untuk mengapit terjemahan dalam bahasa asing.

Contoh: “Seminggu yang lalu dia mengatakan ‘aku ingin pulang’, lalu aku mebiarkannya.”

13.   Tanda Garis Miring (/)

Tanda ini bisa digunakan dalam penomoran kode surat, atau dipakai sebagai kata ganti dan, atau, per, atau nomor alamat.

Contoh: Alamat ku berada di Jl. HR. Bunyamin no. 11/A.

14.  Tanda Apostrof (‘)

Tanda ini untuk menunjukkan penghilangan bagian kata.

Contoh: Proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus tahun ’45.

Itulah tadi jenis-jenis tanda baca. Mungkin ini dulu yang akan Cerita Ifah bagikan, untuk penambahan nanti akan segera di- update. marilah menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.

Terimakasih! 

 

 UPDATE!!

1. Tanda Titik (.)
     Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, ternyata masih ada kegunaan lain dari tanda titik ini. Jadi, tanda titik juga bisa dipakai untuk menyingkat. 


       untuk menyingkat nama, tanda titik (.) harus berada setelah huruf pertama masing-masing singkatan itu.
Contoh: Namanya N.H. Dini.

       Sedangkan untuk menyingkat selain nama, tanda titik (.)  hanya boleh berada setelah huruf terakhir singkatan itu.
Contoh: Perusahaan baru itu bernama PT. Muliya Sari. 

Okey, cukup sekian dulu updatenya.  

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Persahabatan (Prolog)

Apa yang kau pikirkan jika mendengar cerita tentang persahabatan? Apa cerita kuno yang bercerita tentang cinta segitiga, saling berebut, lalu sama-sama mundur perlahan? Atau sahabat yang terus bersama, tiada duka yang mereka rasakan?

Beda Huruf, Beda Makna, tapi Sama Pengucapan, Apa Itu?

Hai! Maaf ya, Cerita Ifah telat nge-post nih, jadi minggu ini Cerita Ifah akan nge-post dua kali. Semoga kalian gak bosen deh.    Sebelumnya, bahasa adalah salah satu hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Mulai dari berbicara, menulis, bahka mendengar pun kita menggunakan bahasa. Namun, apa kita benar-benar paham dengan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia?  

Asal Usul 'Macan Kemayoran', julukan Persija Jakarta

Jika mau dihitung, saya kenal dan suka Persija kurang lebih delapan tahun. Meski terhitung baru, saya kira saya sudah cukup banyak pengetahuan tentang klub sepak bola representasi ibu kota ini. Dari mulai berapa kali Persija menjuarai kasta tertinggi liga Indonesia, berapa kali Persija berpindah kandang sejak pergi dari lapangan VIJ, atau siapa saja pemain yang keluar masuk di skuad Persija selama delapan tahun ini. Pun dengan julukan yang melekat di tubuh Persija, ‘Macan Kemayoran’, julukan yang rasanya kurang lengkap jika tidak diucapkan sehabis mengatakan ‘Persija Jakarta’. ‘Macan Kemayoran’ sudah tersemat lama di belakang nama Persija, puluhan atau bahkan ratusan kali saya melafalkannya. Dan entah berapa kali semua orang mengucapkannya. Suatu sore saya berpikir, apa arti di balik julukan ini. Karena jujur saja, jika ‘Macan Kemayoran’ tersebut yang ada dalam pikiran saya adalah seekor macan yang garang, bersiap mengamuk, dan yang pasti siap membantai lawannya. Lalu terpiki