Langsung ke konten utama

Bekerja Keras Ciri Muslim Sejati




“Tiap kali mendapat masalah besar, yang ku panggil adalah anak muda” Khalifah Umar Bin Khattab.  

Pemuda adalah aset bangsa yang tak ternilai harganya, ditangan pemudalah bangsa ini dipertaruhkan. Bila kita ingin melihat kemajuan suatu bangsa maka lihatlah pemudanya. Ir Soekarno pun sering mengobarkan semangatnya dengan berucap “Beri aku 10 pemuda maka akan aku hentakkan dunia ini”. dan semangat juang pemuda Indonesia dideklarasikan dalam ‘Sumpah Pemuda’. 


Mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan suatu umat tidak runtuh –seringkali - kecuali ada di pundak para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora.  Musu-musuh islam pun sudah memiliki rencana untuk menghancurkan harapan negeri pada pundak pemuda muslim. Mereka mulai meracuni pemuda-pemudi muslim dengan hal-hal yang menyimpang dari agama.


Saat ini, pemuda muslim seperti kehilangan arah, kehilangan figur contoh. Padahal Peran pemuda-pemudi Indonesia sangatlah  penting untuk kemajuan bangsa, karena masa depan bangsa ada di tanggung jawab mereka nantinya. Diantara peran tersebut adalah mempelajari dan mengetahui ilmu agama islam, seperti telah disebutkan dalam ayat suci al Qur’an.  
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar/039: 009).


        Maka mengetahui, belajar dan mengajarkan ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim, tidak mungkin orang bodoh memahami agamanya. Tidak mungkin juga membela agamanya dalam keadaan bodoh dan tidak berilmu. Oleh karena itu bagi para pemuda, hendaklah bersegera untuk keluar dan belajar menambah ilmu pengetahuan, mengakses informasi sebanyak-banyaknya. Islam telah mengajarkan bahwa, tiada belajar yang lebih selain belajar ilmu al Qur’an dan mengamalkannya. Hal itulah sebagaimana dicontohkan oleh sahabat Usamah bin Zaid. Umurnya masih 18 tahun, ketika Rasulullah mengangkatnya secara langsung sebagai commander of war (komandan perang) pasukan Islam untuk menyerbu wilayah Syam. Padahal diantara prajuritnya terdapat orang yang lebih senior dan berpengalaman dari dirinya, seperti Abu Bakar, Umar Bin Khattab dan sahabat Rasulullah lainnya. 


         Oleh karena itu, saat ini kita sedang menuju tahun emas yaitu 2045, yaitu tahun dimana pemuda-pemudi saat ini di gadang-gadang untuk membangun negeri.  Tahun dimana pemuda-pemudi saat ini sedang dalam usia matang dan dapat berpikir dengan kritis. Bekerja keras kunci utama menggapai sukses itutanpa bekerja, semua hanya akan menjadi angan belaka yang tidak akan terwujud atau bahkan tidak akan pernah. Dan bekerjalah untuk bangsa dan raihlah sukses untuk mengharumkan bangsa. 

           Indonesia Hebat! Cerita Ifah mengucapkan, Dirgahayu negaraku Indonesia yang ke-70. sukses selalu.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Persahabatan (Prolog)

Apa yang kau pikirkan jika mendengar cerita tentang persahabatan? Apa cerita kuno yang bercerita tentang cinta segitiga, saling berebut, lalu sama-sama mundur perlahan? Atau sahabat yang terus bersama, tiada duka yang mereka rasakan?

Beda Huruf, Beda Makna, tapi Sama Pengucapan, Apa Itu?

Hai! Maaf ya, Cerita Ifah telat nge-post nih, jadi minggu ini Cerita Ifah akan nge-post dua kali. Semoga kalian gak bosen deh.    Sebelumnya, bahasa adalah salah satu hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Mulai dari berbicara, menulis, bahka mendengar pun kita menggunakan bahasa. Namun, apa kita benar-benar paham dengan bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia?  

Asal Usul 'Macan Kemayoran', julukan Persija Jakarta

Jika mau dihitung, saya kenal dan suka Persija kurang lebih delapan tahun. Meski terhitung baru, saya kira saya sudah cukup banyak pengetahuan tentang klub sepak bola representasi ibu kota ini. Dari mulai berapa kali Persija menjuarai kasta tertinggi liga Indonesia, berapa kali Persija berpindah kandang sejak pergi dari lapangan VIJ, atau siapa saja pemain yang keluar masuk di skuad Persija selama delapan tahun ini. Pun dengan julukan yang melekat di tubuh Persija, ‘Macan Kemayoran’, julukan yang rasanya kurang lengkap jika tidak diucapkan sehabis mengatakan ‘Persija Jakarta’. ‘Macan Kemayoran’ sudah tersemat lama di belakang nama Persija, puluhan atau bahkan ratusan kali saya melafalkannya. Dan entah berapa kali semua orang mengucapkannya. Suatu sore saya berpikir, apa arti di balik julukan ini. Karena jujur saja, jika ‘Macan Kemayoran’ tersebut yang ada dalam pikiran saya adalah seekor macan yang garang, bersiap mengamuk, dan yang pasti siap membantai lawannya. Lalu terpiki