Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Soeharso Sector

Satu tahun terakhir, ada yang berebeda jika tim futsal, basket, atau voli SMA IT bertanding. Riuh rendah suara dari tribun jawabannya, mereka tidak henti-hentinya menyulut semangat pemain yang sedang bertanding membawa nama SMA IT. Soeharso Sector, merekalah kelompok supporter SMA IT. Nama Soeharso Sector diambil dari nama jalan di mana SMA IT berada yaitu Jalan Prof. Dr. Soeharso, sedang ‘Sector’ dalam bahasa Indonesia berarti sektor/wilayah. Awalnya Soeharso Sector diinisiasi oleh lima siswa yang ingin membawa suasana baru di sekolah ini. Mereka adalah Bryan Akbar, Farras Adista, Nabil Munif, Sastra Yudha, dan Lokeswara Gagah, kelimanya merupakan siswa angkatan kesembilan SMA IT. Selain bertujuan untuk mendukung tim SMA IT yang sedang bertanding, khususnya tim olahraga, ternyata Soeharso Sector dibentuk juga untuk misi yang lain. Kelima anak ini melihat budaya anak SMA IT, terutama siswa putra, yang terkesan enggan untuk diajak bergerak, sehingga tercetuslah ide untuk membuat

Persija Jangan Jemawa

(15/9) Meski seharusnya tidak boleh, saya masih suka membandingkan bagaimana cara Julio dan Teco menghadapi kritik keras Jakmania. Dua tahun lalu, 2017, saat Teco dan Pak Gede, orang-orang baru di Persija, dianggap gagal menangangi Persija, banjiran kritik merendam mereka. Saya tidak perlu membaca lagi karena otak saya merekam dengan jelas bagaimana kekeuhnya Teco saat jakmania menyuruhnya mundur. Bahkan manajemen sudah memberi ultimatum, tapi Teco memilih bertahan dan bekerja keras mencari jalan keluar untuk tim asuhannya. Di akhir musim 2018 lah, akhirnya Persija dan seluruh elemennya bersyukur untuk tidak mendepak Teco waktu itu. Begitulah cara Teco, cara Julio beda lagi. Ia memilih bungkam untuk urusan posisinya sebagai pelatih. Saat konferensi pers, ia lebih memilih membahas pertandingan yang baru saja usai, dengan sedikit menambah puji-pujian untuk pemainnya. Tidak ada yang salah dari keduanya. Saya pikir, Teco dan Julio adalah dua sosok yang sangat berbeda. Teco sangat

Tiga Tahunan

(1/9) Mungkin saya bodoh waktu akhirnya memilih untuk tetap bertahan menonton pertandingan Persija sore ini sampai akhir. Persija tidak bermain buruk sebenarnya, jika melihat statistik Persija unggul jauh dari lawannya, Badak Lampung FC (BLFC). Calon klub mantan ibu kota ini jelas bukan tanpa peluang, berkali-kali Persija menggempur pertahanan BLFC, bahkan mengepungnya di sepertiga lapangan terakhir. Tadi, Simic sampai menggaruk-garuk kepalanya, jelas ia frustasi peluangnya berulang kali menemui mistar gawang. Penguasaan bola 70 persen milik Persija. Satu kata untuk Persija sore ini: superior. Namun, inilah sepak bola, olahraga yang “banyak-banyakan gol”. Papan skor di menit terakhir menunjukkan Persija kalah jumlah gol dari lawannya, maka sudah, hasil akhirnya ya Persija kalah. Saya teringat satu hal waktu menonton pertandingan tadi, itu pula yang menjadi alasan saya untuk tidak segera beranjak dari depan televisi meski setengahnya sudah muak melihat ketertinggalan Persija.